Translate
Tuesday, 7 May 2013
makalah peran mulsa pada kelapa sawit
Makalah Peran Mulsa pada Kelapa Sawit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan devisa. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas.
Kelapa sawit (Elaeis guinensis jacg) adalah tanaman perkebunan penghasil minyak makanan, minyak goreng, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan kelapa (Cocos nucifera). Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Di Indonesia minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak pada tahun 1980 ketika terjadi kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997).
Namun, sampai saat ini produktivitas kelapa sawit rakyat di Indonesia masih rendah. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih sangat sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan panennya. Dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat, misal dengan penggunaan mulsa saat pembibitan akan berpotensi untuk meningkatan produksi kelapa sawit.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan kelapa sawit di Indonesia ?
2. Apa pengertian dan jenis-jenis mulsa?
3. Bagaimana aplikasi mulsa pada kelapa sawit ?
4. Bagaimana peran mulsa pada budidaya kelapa sawit?
1.3 TUJUAN
• Mengetahui perkembangan kelapa sawit di Indonesia
• Mengetahui jenis-jenis mulsa
• Mengetahui aplikasi mulsa pada kelapa sawit
• Mengetahui peran mulsa pada budidaya kelapa sawit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Pada tahun 1848, untuk pertama kalinya tanaman kelapa sawit ditanam di Kebun Raya Bogor sebanyak 4 pohon. Tanaman ini dibawa dari Afrika, kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor. Selanjutnya pada tahun 1864, tanaman ini mulai di coba di berbagai tempat di seluruh Indonesia, diantaranya di Banyumas, Palembang, dan kemudian di coba secara luas di Jawa Barat. Barulah pada tahun 1910-an tanaman kelapa sawit mulai ditanam secara komersial di Sumatra Utara. Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Pada tahun 1957 Pemerintah RI melakukan program nasionalisasi perkebunan kelapa sawit. Setelah itu perkebunan kelapa sawit mulai berkembang pesat di seluruh daerah di Indonesia. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Barulah pada tahun 2007 terjadi revitalisasi perkebunan. Hingga sekarang perkebunan kelapa sawit Indonesia sudah semakin berkembang.
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980 ketika terjadi kelangkaan minyak goreng (Anonimous,1997). Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin, kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet, pelumas, dan kosmetik.
2.2 JENIS-JENIS MULSA
Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Umumnya, mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi,dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar). Mulsa dapat di bedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Mulsa sisa tanaman (mulsa organik)
Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna. Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapat menarik binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organic sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah. Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa setiap tahun atau musim, tergantung kecepatan pembusukan. Sisa tanaman dari rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan organik dari tanaman leguminose seperti benguk, Arachis, dsb.
Contoh : Mulsa vertikal
Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering mengalami rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering. Keunggulan mulsa vertical adalah:
-Meningkatkan kesuburan tanah karena menambah bahan organik
-Meningkatkan peresapan air
-Mengurangi erosi
-Meningkatkan kehidupan jasad mikro dan makro di dalam tanah
-Meningkatkan kelembaban tanah
2. Mulsa Plastik
Pada sistem agribisnis yang intensif, dengan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi, sering digunakan mulsa plastik untuk mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan hama dan penyakit serta gulma. Lembaran plastik dibentangkan di atas permukaan tanah untuk melindungi tanaman. Pada tanaman pohon-pohonan mulsa plastic dapat dipasang sebagai tenda untuk menghalangi pertumbuhan gulma, mempertahankan kelembaban tanah dan menjaga agar suhu tanah tetap tinggi.
3. Mulsa Batu
Di pegunungan batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bisa dipakai sebagai mulsa untuk tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup dengan batu yang disusun rapat hingga tidak terlihat lagi. Ukuran batu-batu berkisar antara 2-10 cm. Tebalnya lapisan mulsa tidak tertentu, yang jelas permukaan tanah harus ditutupi. Manfaat mulsa batu adalah: Memudahkan peresapan air hujan, Mengurangi penguapan air dari permukaan tanah, Melindungi permukaan tanah dari pukulan butir hujan dan Menekan gulma (rumput liar).
2.3 APLIKASI MULSA PADA KELAPA SAWIT
Upaya menghadapi terjadinya kemarau panjang sulit dilakukan karena faktor iklim, hingga saat ini tidak dapat dikuasai oleh manusia. Beberapa upaya untuk mengantisipasi musim kemarau panjang terutama ditujukan pada penyelamatan tanaman dengan memberikan bahan organik (mulsa) pada piringan, pengendalian gulma untuk mengurangi saingan dalam penggunaan air tanah, menunda pelaksanaan pemupukan, membuat hujan buatan dan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya kebakaran kebun yang dapat lebih memperparah kerusakan yang terjadi (Setyamidjaja , 2006).
Tanah permukaan bibit di polybag besar diberi mulsa potongan rumput alang – alang gunanya untuk menekan penguapan air , menekan pertumbuhan rumput atau gulma , mencegah percikan air siraman , serta mengatur kelembaban. (Risza Suyatno , 1997)
Pada umumnya, pemberian mulsa pada kelapa sawit di lakukan saat pembibitan. Pembibitan sendiri adalah proses dimana bibit-bibit kelapa sawit tersebut disiapkan untuk penanaman. Pembibitan kelapa sawit dimulai bersamaan ketika pembukaan lahan dimulai. Hal ini dikarenakan bibit kelapa sawit baru akan siap tanam setelah berumur lebih dari 10 bulan, sehingga diperkirakan waktu yang dibutuhkan sama dengan pembukaan lahan. Oleh karena itu, perencanaan pembukaan kebun dan pembibitan harus direncanakan secara matang sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau keterlambatan dalam pelaksanaan di lapangan. Perkiraan kebutuhan bibit juga mesti dihitung secara cermat dan tepat sehingga tidak terjadi kelebihan bibit, atau bahkan kekurangan bibit yang dapat menyebabkan perbedaan masa tanam yang kemudian tanaman dalam satu blok tidak lagi seragam.
Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan waktu selama 12 bulan sampai siap ditanam ke lapangan, yang terdiri dari 2 tahap yaitu 3 bulan pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama (main-nursery). Terkadang pembibitan kelapa sawit ada yang lebih dari 12 bulan berhubung terlambat dipindah ke lapangan, karena beberapa pertimbangan. Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah hingga menutupi permukaan tanah dalam polybag besar sekitar 2 minggu setelah penanaman bibit. Mulsa yang dianjurkan adalah cangkang, apabila tidak tersedia dapat juga digantikan oleh fiber atau potongan alang-alang kering.
2.4. PERAN MULSA PADA BUDIDAYA KELAPA SAWIT
Sekitar 2 minggu setelah penanaman di polibag besar, bibit kelapa sawit tersebut diberi mulsa. Hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya perawatan dan efisiensi kerja. Dengan diberikannya mulsa pada bibit kelapa sawit tersebut maka pertumbuhan gulma dapat ditekan sehingga kegiatan merumput dapat dikurangi dan persaingan antar tanaman juga menurun. Selain itu, mulsa juga bermanfaat untuk mengurangi penguapan air tanah sehingga tanah tidak mudah kering, juga untuk menahan air agar ketersediaan air bagi tanaman lebih terjamin. Peran mulsa yang paling penting dalam budidaya kelapa sawit ialah dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit dan meminimalisir biaya produksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika barat, merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.Pada tahun 1848, untuk pertama kalinya tanaman kelapa sawit ditanam di Kebun Raya Bogor sebanyak 4 pohon. Produktivitas kelapa sawit di Indonesia juga mengalami pasang surut, namun sejak tahun 2007 sampai sekarang usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus berkembang. Jenis-jenis mulsa, antara lain : mulsa sisa tanaman, mulsa vertikal, mulsa plastik dan mulsa batu.
Pemberian mulsa organik pada bibit kelapa sawit sebaiknya dilakukan sekitar 2 minggu setelah penanaman di polibag besar. Dengan diberikannya mulsa pada bibit kelapa sawit tersebut maka pertumbuhan gulma dapat ditekan sehingga kegiatan merumput dapat dikurangi dan persaingan antar tanaman juga menurun. Selain itu, mulsa juga bermanfaat untuk mengurangi penguapan air tanah sehingga tanah tidak mudah kering.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment